Sabtu, 07 September 2013

Test


  Latar Belakang
Tes berasal dari kata “testum” dari bahasa Perancis yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Istilah itu kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak yang merupakan “logam mulia” di antara anak yang lain.
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1995 : 29). Cronbach (Azwar, 1987 : 3) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”. Dengan demikian, tes merupakan prosedur sistematis. Butir-butir tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring) harus jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat butir-butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Tes berisi sampel perilaku. Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya. Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes. Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur. Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes.
Di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi untuk menggali informasi tentang sejauhmana penguasaan anak terhadap suatu materi (mastering test). Tes diadministrasikan untuk mengetahui performansi maksimum (Cronbach dalam Azwar, 1987 : 8). Tes hasil belajar adalah suatu prosedur sistematik untuk mengetahui jumlah bahan yang dipelajari oleh seorang siswa (Grounlund, 1981 : 1). Jadi, tes berfungsi sebagai “alat timbang” untuk mengetahui “bobot” kemampuan yang dimiliki anak.
Tes dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan tes subyektif (esai) (Grounlund, 1981; Grounlund dan Linn, 1985; Popham, 1981; Nurkancana dan Sumartana, 1986; Arikunto, 1995; Subino, 1987).

A.    Pengertian Tes Uraian (esai)
Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang Nurkancana dan Sumartana (1986: 42). Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri oleh pengambil tes. Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya. Butir soal mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Zainul dan Nasoetion, 1996 : 33), constructed-response tests are those that call for the examinee to produce something (Popham, 1981 : 266).
Soal uraian (essay) berbeda dengan soal objektif dalam kebenarannya yang bertingkat. Jawaban tidak dinilai mulai dari 100% benar dan 100% salah. Kebenaran bertingkat tergantung tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan jawaban yang dikehendaki yang dituangkan dalam kunci. Jawaban mungkin mengarah kepada jawaban yang tidak tunggal (divergence). Kebenaran yang dicapai bisa 0%, 20%, 30%, 50%, 70%, atau 100% tergantung ketepatan jawabannya.
Mengenai tes esai, berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan sebagai tes yang semua unsur yang diperlukan oleh peserta tes untuk menjawabnya harus diciptakan, dicari dan disusun sendiri. Jawaban yang berupa uraian menyebabkan tingkat kebenarannya berderajad, sesuai dengan tingkat kesesuaian jawaban dengan kunci jawabannya.

B.     Penggolongan dan contoh Tes Uraian
Secara garis besar tes uraian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1.      Tes uraian terbuka (Extended respons question)
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menghasilkan, mengorganisasi, mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya.
Pada test uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari teste sepenuhnya diserahkan kepada teste itu sendiri. Artinya, teste mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Contoh :
-          “Allah telah melimpahkan nikmatnya kepada kita yang amat banyak, sehingga kita tak mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu sudah sepatuhnya kita mensyukuri nikmat tersebut kepada Allah SWT”.
-          Jelaskan, bagaimana caranya kita mensyukuri nikmat Allsah itu sesuai dengan ajaran Rasulullah!

2.      Tes uraian terbatas (Restricted respons question).
Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Contoh:
-          Coba jelaskan tentang peringat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang diadakan di Kantor Kabupaten tanggal 17 Agustus 1998 yang lalu, ceritakan mengenai :
a) Pengaturan tempat
b) Pejabat dan undangan yang hadir
c) Acara peringatan
d) Atraksi yang disuguhkan
e) Hidangan yang diberikan

C.    Petunjuk Penyusunan Tes Uraian
1)      Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur.
2)      Pilih pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut.
3)      Hendaknya tes meliputi ide-ide pokok bahan yang akan dites-kan
4)      Soal tidak sama persis dengan contoh yang ada pada catatan
5)      Pada waktu menyusun soal, hendaknya juga dibuatkan kunci jawaban
6)      Pertanyaan menggunakan kata tanya yang bervariasi
7)      Hendaknya rumus yang digunakan dalam menjawab soal jelas dan mudah dipahami
8)      Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki oleh pembuat, untuk itu harus spesifik dan tidak terlalu umum
9)      Tentukan proses berpikir yang ingin diukur.
10)  Tentukan jenis tes yang tepat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran tersebut.
11)  Tentukan tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat.
12)  Tentukan jumlah butir soal yang sesuai untuk dikerjakan siswa dalam satu waktu ujian yang telah ditentukan.
13)  Tuangkan komponen-komponen tersebut dalam tabel perencanaan tes
14)  Batasan pertanyaan dengan jawaban yang diharapkan harus jelas
15)  Rumusan kalimat butir soal harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian.
16)  Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes (kisi-kisi) yang ada
17)  Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif.
18)  Gunakan tes uraian terbatas untuk menambah sampel yang dapat ditanyakan dalam satu waktu ujian.
19)  Gunakan tes uraian untuk mengungkap pendapat, tidak hanya sekedar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata tanya seperti: jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah, kelompokkanlah, formulasikan, dan lain sebagainya.
20)  Hindarkan penggunaan kata tanya seperti sebutkan karena kata tanya seperti itu biasanya hanya meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja.
21)  Rumuskan butir soal dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
22)  Usahakan agar jumlah butir soal dapat dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan
23)  Jangan menyediakan sejumlah pertanyaan yang dapat dipilih oleh siswa.
24)  Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa pada setiap butir soal.
25)  Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa maka tes uraian yang selesai ditulis harus ditelaah terlebih dulu.

D.    Ketepatan penggunaan Tes Uraian
Tes uraian hendaknya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif. Jangan gunakan tes uraian hanya untuk mengukur proses berpikir rendah tetapi gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kompleks.
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menghasilkan, mengorganisasi, dan mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya. Sedangkan tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan meminta pada murid-murid untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar murid-murid menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat kompleks (Subino, 1987 : 1) dan sangat mementingkan kemampuan menghasilkan, memadukan dan menyatakan gagasan (Grounlund, 1981: 71).

      Ketentuan Pokok:
Ø  Bila jumlah murid dan peserta ujian terbatas maka soal tipe uraian dapat digunakan karena masih mungkin bagi guru untuk dapat memeriksa atau menskor hasil ujian tersebut secara baik.
Ø  Bila waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian, maka tipe soal uraian dapat digunakan.
Ø  Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan tes tipe uraian.
Ø  Bila guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung didalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat. Soal tipe uraian dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tidak langsung tersebut, tapi digunakan harus sangat hati-hati oleh guru.
Ø  Bila guru ingin agar peserta tes memperoleh pengalaman belajar atau ujian lebih bervariasin maka ujian dengan menggunakan tes tipe uraian salah satu bentuk pengalaman itu dapat diperoleh.

E.     Kelebihan dan kelemahan Tes Uraian
1.      Kelebihan
-        Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
-        Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri.
-        Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah membuatnya.
2.      Kelemahan
-        Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda.
-        Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak (soal menjadi tidak representatif).
-        Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
-        Sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect.




F.     PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES SUBJEKTIF (URAIAN)
Keterangan
Tes Objektif
Tes Uraian
Taksonomi yang diukur
Baik untuk mengukur pengetahuan ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisa. Kurang tepat untuk mengukur sintesa dan evaluasi
Kurang baik untuk mengukur ingatan, lebih baik untuk mengukur pemahaman, aplikasi, analisa, paling baik untuk mengukur sintesa dan evaluasi
Jumlah Sampel
Dapat mengukur bayak sampel pertanyaan sehingga benar-benar mewakili materi yang diajarkan
Hanya dapat menanyakan beberapa pertanyaan sehingga kurang mewakili materi yang diajarkan
Menyusun Pertanyaan
Menyusun pertanyaan yang baik sulit dilakukan dan memakan waktu yang panjang
Menyusun pertanyaan yang baik sulit tetapi lebih mudah dibandingkan pertanyaan objektif, waktu yang digunakan sedikit
Pengolahan
Pengolahan Objektif, sederhana dan ketepatannya (reliabilitas) tinggi.
Pengolahan sangat subjektif, sukar dan ketepatannya (reliabilitas) rendah
Faktor-faktor yang Mengganggu Hasil Pengolahan
Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka.
Mendorong siswa untuk lebih banyak mengingat, membuat interpretasi dan menganalisa ide orang lain.
Penyelesaian tes oleh siswa dan pengolahan tes oleh  guru memerlukan waktu singkat
Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis dan mendongeng.
Mendorong siswa untuk mengorganisasikan, menghubungkan dan menyatakan ide sendiri secara tertulis.
Penyelesaian tes oleh siswadan pengolahan tes oleh guru memerlukan waktu banyak.

BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Secara garis besar tes uraian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: Tes uraian terbuka (Extended respons question) dan Tes uraian terbatas (Restricted respons question).
Adapun Kelebihan dan kelemahan Tes Uraian
·         Kelebihan
-        Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
-        Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri.
-        Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah membuatnya.
·         Kelemahan
-        Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda.
-        Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak (soal menjadi tidak representatif).
-        Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
-        Sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin (1987). Tes Prestasi. Yogyakarta : Liberty
Ditjen Dikti Depdikbud (1981). Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V. Jakarta :
Ditjen Dikti Depdikbud
Grounlund, Nourman E (1981). Constructing Achievement Test. Englewood Cliffs, NJ: Prentice
Hall, Inc.
Grounlund, Nourman E dan Linn, Robert L (1985). Measurement and Evaluation in Teaching.
New York : McMillan Publishing Company
Nurkancana, Wayan dan Sumartana, PPN (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional
Popham, W James (1981). Modern Educational Measurement. Englewood Cliffs, NJ : Prentice
Hall, Inc.
Soedijarto (1993). Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai
Pustaka
Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes : Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan
Pengukuran. Jakarta : Ditjen Dikti Debdikbud
Sukmadinata, Nana Syaodih (2000) Pengembangan kurikulum : Teori dan praktek. Bandung : PT
            Remaja Rosdakarya
Zainul, Asmawi, dan Nasoetion, Noehi (1996). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Ditjen
Dikti Depdikbud.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar