Latar Belakang
Tes berasal dari kata “testum” dari bahasa Perancis yang berarti
piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya. Istilah itu kemudian diadopsi dalam psikologi dan
pendidikan untuk menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak
yang merupakan “logam mulia” di antara anak yang lain.
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Arikunto, 1995 : 29). Cronbach (Azwar, 1987 : 3) mendefinisikan tes
sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and
describing it with the aid of a numerical scale or category system”. Dengan
demikian, tes merupakan prosedur sistematis. Butir-butir tes disusun menurut
cara dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring)
harus jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat
butir-butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Tes berisi sampel
perilaku. Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga
jumlahnya. Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes.
Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes
mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur.
Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa
yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan tugas
yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin
diketahui dari penyelenggaraan tes.
Di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi untuk menggali
informasi tentang sejauhmana penguasaan anak terhadap suatu materi (mastering
test). Tes diadministrasikan untuk mengetahui performansi maksimum
(Cronbach dalam Azwar, 1987 : 8). Tes hasil belajar adalah suatu prosedur
sistematik untuk mengetahui jumlah bahan yang dipelajari oleh seorang siswa
(Grounlund, 1981 : 1). Jadi, tes berfungsi sebagai “alat timbang” untuk
mengetahui “bobot” kemampuan yang dimiliki anak.
Tes dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Berdasarkan bentuk
pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan tes subyektif (esai)
(Grounlund, 1981; Grounlund dan Linn, 1985; Popham, 1981; Nurkancana dan
Sumartana, 1986; Arikunto, 1995; Subino, 1987).
A.
Pengertian Tes Uraian (esai)
Tes esai adalah suatu bentuk tes yang
terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa
uraian-uraian yang relatif panjang Nurkancana dan Sumartana (1986: 42). Tes
dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur yang diperlukan
untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri oleh pengambil tes.
Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam
merumuskan jawabannya. Butir soal mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban
atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan
pikiran peserta tes (Zainul dan Nasoetion, 1996 : 33), constructed-response
tests are those that call for the examinee to produce something (Popham, 1981 :
266).
Soal uraian (essay) berbeda dengan soal
objektif dalam kebenarannya yang bertingkat. Jawaban tidak dinilai mulai dari
100% benar dan 100% salah. Kebenaran bertingkat tergantung tingkat kesesuaian
jawaban siswa dengan jawaban yang dikehendaki yang dituangkan dalam kunci.
Jawaban mungkin mengarah kepada jawaban yang tidak tunggal (divergence).
Kebenaran yang dicapai bisa 0%, 20%, 30%, 50%, 70%, atau 100% tergantung
ketepatan jawabannya.
Mengenai tes esai, berdasarkan berbagai
pendapat dapat disimpulkan sebagai tes yang semua unsur yang diperlukan oleh
peserta tes untuk menjawabnya harus diciptakan, dicari dan disusun sendiri.
Jawaban yang berupa uraian menyebabkan tingkat kebenarannya berderajad, sesuai
dengan tingkat kesesuaian jawaban dengan kunci jawabannya.
B.
Penggolongan dan contoh Tes Uraian
Secara garis besar tes uraian dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu:
1. Tes uraian terbuka (Extended respons question)
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam:
menghasilkan, mengorganisasi, mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran
dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu
ide; dan sebagainya.
Pada test uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari teste
sepenuhnya diserahkan kepada teste itu sendiri. Artinya, teste mempunyai
kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,mengorganisasikan dan menyajikan
jawabannya dalam bentuk uraian.
Contoh :
-
“Allah telah melimpahkan nikmatnya
kepada kita yang amat banyak, sehingga kita tak mampu untuk menghitungnya. Oleh
karena itu sudah sepatuhnya kita mensyukuri nikmat tersebut kepada Allah SWT”.
-
Jelaskan, bagaimana caranya kita
mensyukuri nikmat Allsah itu sesuai dengan ajaran Rasulullah!
2. Tes uraian terbatas (Restricted respons question).
Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam:
menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori,
memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang
tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Contoh:
-
Coba jelaskan tentang peringat Hari
Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang diadakan di Kantor Kabupaten tanggal 17 Agustus
1998 yang lalu, ceritakan mengenai :
a) Pengaturan
tempat
b) Pejabat dan
undangan yang hadir
c) Acara
peringatan
d) Atraksi yang
disuguhkan
e) Hidangan yang
diberikan
C.
Petunjuk Penyusunan Tes Uraian
1)
Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin
diukur.
2)
Pilih pokok bahasan dan sub-pokok
bahasan yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut.
3)
Hendaknya tes meliputi ide-ide pokok
bahan yang akan dites-kan
4)
Soal tidak sama persis dengan contoh
yang ada pada catatan
5)
Pada waktu menyusun soal, hendaknya
juga dibuatkan kunci jawaban
6)
Pertanyaan menggunakan kata tanya yang
bervariasi
7)
Hendaknya rumus yang digunakan dalam
menjawab soal jelas dan mudah dipahami
8)
Hendaknya ditegaskan model jawaban yang
dikehendaki oleh pembuat, untuk itu harus spesifik dan tidak terlalu umum
9)
Tentukan proses berpikir yang ingin
diukur.
10)
Tentukan jenis tes yang tepat digunakan
untuk mengukur tujuan pembelajaran tersebut.
11)
Tentukan tingkat kesukaran butir soal
yang akan dibuat.
12)
Tentukan jumlah butir soal yang sesuai
untuk dikerjakan siswa dalam satu waktu ujian yang telah ditentukan.
13)
Tuangkan komponen-komponen tersebut
dalam tabel perencanaan tes
14)
Batasan pertanyaan dengan jawaban yang
diharapkan harus jelas
15)
Rumusan kalimat butir soal harus
menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian.
16)
Tulislah tes uraian berdasarkan
perencanaan tes (kisi-kisi) yang ada
17)
Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil
belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif.
18)
Gunakan tes uraian terbatas untuk
menambah sampel yang dapat ditanyakan dalam satu waktu ujian.
19)
Gunakan tes uraian untuk mengungkap
pendapat, tidak hanya sekedar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata tanya
seperti: jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah,
kelompokkanlah, formulasikan, dan lain sebagainya.
20)
Hindarkan penggunaan kata tanya
seperti sebutkan karena kata tanya seperti itu biasanya hanya
meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja.
21)
Rumuskan butir soal dengan jelas
sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
22)
Usahakan agar jumlah butir soal dapat
dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan
23)
Jangan menyediakan sejumlah pertanyaan
yang dapat dipilih oleh siswa.
24)
Tuliskan skor maksimal yang dapat
diperoleh siswa pada setiap butir soal.
25)
Sebelum digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa maka tes uraian yang selesai ditulis harus ditelaah terlebih
dulu.
D.
Ketepatan penggunaan Tes Uraian
Tes uraian hendaknya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kurang
tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif. Jangan gunakan tes uraian
hanya untuk mengukur proses berpikir rendah tetapi gunakan tes uraian untuk
mengukur hasil belajar yang kompleks.
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam:
menghasilkan, mengorganisasi, dan mengekspresikan ide; mengintegrasikan
pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi
manfaat suatu ide; dan sebagainya. Sedangkan tes uraian terbatas tepat
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menjelaskan hubungan sebab
akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan,
merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu
prosedur, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan meminta pada murid-murid untuk
menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua
bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar murid-murid menunjukkan pengertian
mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes esai digunakan untuk mengatasi
kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal
tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih
dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat
kompleks (Subino, 1987 : 1) dan sangat mementingkan kemampuan menghasilkan,
memadukan dan menyatakan gagasan (Grounlund, 1981: 71).
Ketentuan Pokok:
Ø Bila jumlah murid dan peserta ujian terbatas maka soal tipe uraian dapat
digunakan karena masih mungkin bagi guru untuk dapat memeriksa atau menskor
hasil ujian tersebut secara baik.
Ø Bila waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas,
sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian, maka tipe
soal uraian dapat digunakan.
Ø Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan
mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan
baik, atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan
tes tipe uraian.
Ø Bila guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung
didalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti
sikap, nilai, atau pendapat. Soal tipe uraian dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi tidak langsung tersebut, tapi digunakan harus sangat hati-hati oleh
guru.
Ø Bila guru ingin agar peserta tes memperoleh pengalaman belajar atau ujian
lebih bervariasin maka ujian dengan menggunakan tes tipe uraian salah satu bentuk
pengalaman itu dapat diperoleh.
E.
Kelebihan dan kelemahan Tes Uraian
1. Kelebihan
-
Kekuatan soal untuk mengukur hasil
belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
-
Memberi kesempatan pada anak untuk
menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri.
-
Tepat digunakan untuk melatih siswa
dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan
mudah membuatnya.
2. Kelemahan
-
Terdapat subjektivitas dalam
penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda.
-
Tes esai menghendaki jawaban yang
panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak
(soal menjadi tidak representatif).
-
Penggunaan soal esai membutuhkan waktu
koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
-
Sering terjadi hallo effect, carry over
effect, dan order effect.
F. PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES SUBJEKTIF (URAIAN)
Keterangan
|
Tes Objektif
|
Tes Uraian
|
Taksonomi yang diukur
|
Baik untuk mengukur pengetahuan
ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisa. Kurang tepat untuk mengukur sintesa
dan evaluasi
|
Kurang baik untuk mengukur ingatan,
lebih baik untuk mengukur pemahaman, aplikasi, analisa, paling baik untuk
mengukur sintesa dan evaluasi
|
Jumlah Sampel
|
Dapat mengukur bayak sampel
pertanyaan sehingga benar-benar mewakili materi yang diajarkan
|
Hanya dapat menanyakan beberapa
pertanyaan sehingga kurang mewakili materi yang diajarkan
|
Menyusun Pertanyaan
|
Menyusun pertanyaan yang baik sulit
dilakukan dan memakan waktu yang panjang
|
Menyusun pertanyaan yang baik sulit
tetapi lebih mudah dibandingkan pertanyaan objektif, waktu yang digunakan
sedikit
|
Pengolahan
|
Pengolahan Objektif, sederhana dan
ketepatannya (reliabilitas) tinggi.
|
Pengolahan sangat subjektif, sukar
dan ketepatannya (reliabilitas) rendah
|
Faktor-faktor yang Mengganggu Hasil
Pengolahan
|
Hasil kemampuan siswa dapat terganggu
oleh kemampuan membaca dan menerka.
Mendorong siswa untuk lebih banyak
mengingat, membuat interpretasi dan menganalisa ide orang lain.
Penyelesaian tes oleh siswa dan
pengolahan tes oleh guru memerlukan waktu singkat
|
Hasil kemampuan siswa dapat terganggu
oleh kemampuan menulis dan mendongeng.
Mendorong siswa untuk
mengorganisasikan, menghubungkan dan menyatakan ide sendiri secara tertulis.
Penyelesaian tes oleh siswadan
pengolahan tes oleh guru memerlukan waktu banyak.
|
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan
yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Secara
garis besar tes uraian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: Tes uraian terbuka (Extended
respons question) dan Tes uraian
terbatas (Restricted respons question).
Adapun Kelebihan
dan kelemahan Tes Uraian
·
Kelebihan
-
Kekuatan soal untuk mengukur hasil
belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
-
Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun
jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri.
-
Tepat digunakan untuk melatih siswa
dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan
mudah membuatnya.
·
Kelemahan
-
Terdapat subjektivitas dalam
penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda.
-
Tes esai menghendaki jawaban yang
panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak
(soal menjadi tidak representatif).
-
Penggunaan soal esai membutuhkan waktu
koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
-
Sering terjadi hallo effect, carry over
effect, dan order effect.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (1995). Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Azwar, Saifuddin
(1987). Tes Prestasi. Yogyakarta : Liberty
Ditjen Dikti Depdikbud (1981). Materi
Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V. Jakarta :
Ditjen Dikti
Depdikbud
Grounlund, Nourman E (1981).
Constructing Achievement Test. Englewood Cliffs, NJ: Prentice
Hall, Inc.
Grounlund, Nourman E dan Linn, Robert L
(1985). Measurement and Evaluation in Teaching.
New York :
McMillan Publishing Company
Nurkancana, Wayan dan Sumartana, PPN
(1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional
Popham, W James (1981). Modern
Educational Measurement. Englewood Cliffs, NJ : Prentice
Hall, Inc.
Soedijarto (1993). Menuju Pendidikan
Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai
Pustaka
Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis
Tes : Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan
Pengukuran.
Jakarta : Ditjen Dikti Debdikbud
Sukmadinata, Nana Syaodih (2000)
Pengembangan kurikulum : Teori dan praktek. Bandung : PT
Remaja
Rosdakarya
Zainul, Asmawi, dan Nasoetion, Noehi (1996). Penilaian Hasil Belajar.
Jakarta : Ditjen
Dikti Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar